Makin banyak alkohol diminum seseorang, semakin kecil volume otaknya, demikian suatu laporan yang dimuat jurnal US Archives of Neurology edisi Oktober.
Volume otak berkurang seiring dengan bertambahnya usia, yang diperkirakan 1,9 persen per dekade disertai oleh peningkatan lesi area putih (white matter), demikian keterangan latar belakang laporan tersebut. Lesi merupakan perubahan patologis yang ditemukan di dalam jaringan organisme, biasanya yang rusak oleh penyakit atau trauma.
Volume otak yang lebih rendah dan lesi area putih yang lebih besar juga terjadi sejalan dengan perkembangan demensia dan gangguan berpikir, belajar, dan ingatan.
Konsumsi alkohol dalam jumlah sedang sebelumnya dikaitkan dengan risiko lebih rendah terkena serangan jantung karena otak menerima darah dari sistem itu. Para ahli telah memperkirakan bahwa alkohol dalam jumlah sedikit juga mungkin menipiskan kecenderungan yang berhubungan dengan usia pada volume otak.
Para ahli dari Wellesley College, Massachussett, dalam risetnya melibatkan 1.859 partisipan dengan rata-rata usia 60 tahun. Selama kurun waktu 1991- 2001, partisipan menjalani magnetic resonance imaging (MRI) dan pemeriksaan kesehatan. Partisipan juga wajib melaporkan jumlah alkohol yang mereka konsumsi per pekan, usia, pendidikan mereka, dan faktor lain.
"Kebanyakan partisipan melaporkan konsumsi alkohol dalam jumlah kecil, dan pria cenderung lebih mungkin dibanding wanita untuk menjadi peminum sedang atau berat. Ada hubungan linear negatif yang mencolok antara konsumsi alkohol dan volume total otak," ungkap penulis riset.
Meskipun pria lebih mungkin meminum alkohol, hubungan antara minum alkohol dan volume otak lebih kuat pada perempuan, kata peneliti. Itu diduga akibat faktor biologis, termasuk ukuran otak perempuan lebih kecil tapi kerentanan lebih besar terhadap dampak alkohol.
"Dampak kesehatan masyarakat dari riset ini memberi pesan yang jelas tentang bahaya yang mungkin ada akibat minum alkohol," ungkap penulis artikel tersebut.
"Studi longitudinal prospektif diperlukan untuk mengonfirmasi hasil ini serta memastikan apakah ada konsekuensi fungsional yang berhubungan dengan peningkatan konsumsi alkohol," katanya.
Studi itu menunjukkan bahwa tak seperti hubungan dengan penyakit jantung, konsumsi alkohol tidak memiliki dampak perlindungan pada volume otak.
Volume otak berkurang seiring dengan bertambahnya usia, yang diperkirakan 1,9 persen per dekade disertai oleh peningkatan lesi area putih (white matter), demikian keterangan latar belakang laporan tersebut. Lesi merupakan perubahan patologis yang ditemukan di dalam jaringan organisme, biasanya yang rusak oleh penyakit atau trauma.
Volume otak yang lebih rendah dan lesi area putih yang lebih besar juga terjadi sejalan dengan perkembangan demensia dan gangguan berpikir, belajar, dan ingatan.
Konsumsi alkohol dalam jumlah sedang sebelumnya dikaitkan dengan risiko lebih rendah terkena serangan jantung karena otak menerima darah dari sistem itu. Para ahli telah memperkirakan bahwa alkohol dalam jumlah sedikit juga mungkin menipiskan kecenderungan yang berhubungan dengan usia pada volume otak.
Para ahli dari Wellesley College, Massachussett, dalam risetnya melibatkan 1.859 partisipan dengan rata-rata usia 60 tahun. Selama kurun waktu 1991- 2001, partisipan menjalani magnetic resonance imaging (MRI) dan pemeriksaan kesehatan. Partisipan juga wajib melaporkan jumlah alkohol yang mereka konsumsi per pekan, usia, pendidikan mereka, dan faktor lain.
"Kebanyakan partisipan melaporkan konsumsi alkohol dalam jumlah kecil, dan pria cenderung lebih mungkin dibanding wanita untuk menjadi peminum sedang atau berat. Ada hubungan linear negatif yang mencolok antara konsumsi alkohol dan volume total otak," ungkap penulis riset.
Meskipun pria lebih mungkin meminum alkohol, hubungan antara minum alkohol dan volume otak lebih kuat pada perempuan, kata peneliti. Itu diduga akibat faktor biologis, termasuk ukuran otak perempuan lebih kecil tapi kerentanan lebih besar terhadap dampak alkohol.
"Dampak kesehatan masyarakat dari riset ini memberi pesan yang jelas tentang bahaya yang mungkin ada akibat minum alkohol," ungkap penulis artikel tersebut.
"Studi longitudinal prospektif diperlukan untuk mengonfirmasi hasil ini serta memastikan apakah ada konsekuensi fungsional yang berhubungan dengan peningkatan konsumsi alkohol," katanya.
Studi itu menunjukkan bahwa tak seperti hubungan dengan penyakit jantung, konsumsi alkohol tidak memiliki dampak perlindungan pada volume otak.
Komentar
Posting Komentar