Langsung ke konten utama

Depresi Memperparah Penyakit Jantung

Depresi Memperparah Penyakit Jantung
Depresi atau penyakit suasana hati ternyata tidak boleh dianggap enteng. Bila muncul bersamaan dengan penyakit jantung koroner atau stroke, depresi cenderung akan memperparah kondisi penyakit, bahkan dapat memicu terjadinya kematian.

Depresi memiliki hubungan timbal balik dengan penyakit non-infeksi seperti jantung dan stroke. Depresi yang hadir bersamaan dengan jenis penyakit tersebut, dapat meningkatkan risiko kematian (mortalitas) dan memperparah derajat kesakitan (morbiditas).

Studi-studi tentang depresi pada pasien penyakit jantung menunjukkan angka prevalensi sebesar 18 hingga 60 persen. Studi-studi epidemiologis juga menunjukkan peningkatan angka mortalitas pasien penyakit jantung akibat menderita pula depresi.

Proporsi terbesar dari gangguan depresi ditemukan pada penderita yang mengalami penyumbatan pada pembuluh darah jantung (infark miokard akut/AMI) sebesar 69 persen. Juga didapatkan hubungan bermakna antara depresi, stresor psikososial dan derajat keparahan AMI.

Pada penyakit-penyakit menahun, depresi juga akan menambah progresivitas dan menimbulkan kecacatan / mengancam kematian terutama pada penyakit-penyakit pasca stroke dan jantung koroner.

Depresi yang dialami pasien stroke juga berpeluang cukup tinggi untuk meningkatkan risiko mortalitas. Depresi pada pasien stroke menunjukkan prevalensi sekitar 27-45 persen. Pada penderita stroke, depresi akan memperlambat proses penyembuhan, memperberat gejala fisik, mengganggu rehabilitasi, dan meningkatkan angka kematian.

Depresi merupakan penyakit serius yang diderita oleh jutaan orang dengan berbagai macam gejala. Depresi dapat menyebabkan seseorang merasa bersalah tanpa alasan yang jelas. Depresi dapat menjadikan seseorang merasa tidak berguna, meskipun telah melakukan apa saja yang menurutnya adalah yang terbaik.

Depresi juga dapat menyebabkan seseorang tidak berminat terhadap hal-hal yang sebelumnya amat dia sukai. Selain itu depresi membuat energi terkuras, sehingga lekas merasa letih dan lelah.

Penanganan yang komprehensif terhadap penderita penyakit jantung iskemik dan stroke sangat perlu untuk memberikan perhatian pada pengelolaan depresi. Pengelolaan yang benar terhadap depresi merupakan faktor yang penting untuk tercapainya pemulihan yang optimal.

Sebaiknya, pengelolaan depresi dan pemulihan pasien dan penyakit jantung dan stroke melibatkan tim terpadu interdisipliner, yang terdiri atas dokter ahli penyakit jantung, penyakit saraf, psikiater, rehabilitasi medik, psikolog, dan pekerja sosial.

Oleh karena itu, penanganan masalah penyakit jantung dan stroke harus ditinjau secara menyeluruh sehingga penatalaksanaan akan memberikan hasil yang optimal.

Baca Juga

Artikel Terkait

Komentar